|
google image |
Anak muda kedinginan, ada asap kecil keluar disela nafas. Seminggu yang lalu Kairo hampir dipastikan tergenang es batu, Provinsi dan wilayah yang terletak di dataran tinggi dipastikan bersalju. O…ooo… Dan kini kami anak muda sadar, bahwa musim salju bukanlah musim yang menyenangka untuk di impikan.
Guyuran hujan Rabu, Kamis, Jum’at Tgl. 13 minggu lalu memastikan pergantian musim. Jadi kota ini tidak jadi muntah salju, ada rasa syukur. Sakit sekali, sejak tubuh ini berlabuh, tahun inilah dinginnya menembus sembari menusuk sum-sum anak muda. Ija limboetmerek murah dipastikan kurang berfugsi, lalu toko Ammu Sya’ban saban hari dipenuhi pelanggan hingga malam hari.
Kabar terakhir, Palestina dan Suriah dipeuhi salju. Kali ini alam yang beringas, anak-anak dan manula mengeras, ada informasi israel membuka waduk dengan debit air full akibat hujan. Hingga meluluh lantakkan beberapa kampung terdekat.
Suriah dipenuhi foto es manusia, badai salju ditambah kekuragan stok selimut dan tenda dibawah standar musim dingin membuat pengungsi disana tak berdaya. Jika anak muda yang disini hanya merasakan dingin menembus tulang sulbi, maka seluruh tubuh mereka mati rasa, ini keadaan dunia Islam.
Dunia betul-betul disibukkan dengan masalah yang terus bersambung, kadang mana yang penting dan tidak bermamfaat sangat susah kita bedakan. Jika tidak jeli media bakalan menyeret mindset kita menuju mon tuha yang ujung-ujungnya kita menjadi tong sampah dalam istilah orang desa.
Re-memorize again!
Disini berita demo adalah makanan, saban hari manusia berdemo. Jika dulu di Tahrir Square, Rab’ah, Abbasiah, Ramsis dan di berbagai Provinsi. Kini mereka beralih berdemo di Universitas besar. Bisa jadi disinilah tempat yang paling aman untuk menyuarakan keadilan, kalau ditempat lain dipastikan mereka akan punah.
Di Turki mereka sudah sampai kepada tahap proyek pembebasan undang-undang dari aturan larangan praktek Islam dalam konstitusi, sekularisme dan liberalisasi disegalan lini dari dulu merantai mereka semenjak jatuhnya emperor terakhir Islam Turki Usmani.
Dulu, hampir saja putra mahkota memilih memerangi kembali kekalahan mereka, dengan panglima perang nan bersahaja yang siap jiwa raga untuk merebut kembali tahta kerajaan. Namun harapan mereka diredam oleh nasehat-nasehat ulama besar pada saat itu. Mereka mau mendengar, jika saja mereka berperang maka dipastikan bahwa mereka akan kehilangan sisa generasi Islam.
Karena dari sisa generasi tersebut diharapkan akan lahir generasi yang akan membangun Islam tanpa lagi kehilangan banyak nyawa zero hasil. Merekalah yang mendidik kepala-kepala yang sekarang berdiri didepan sisa bangsa Usmani tersebut.
Bukan sekali dua kali mereka mengalami kekalahan dan upaya pemberangusan. Berkali-kali mereka ditindas, dikudeta serta ditekan. Namun mereka terus berevolusi dengan penyesuaian disana-sini, sampai-sampai mengganti idealisme kendaraan liberal demi mengembalikan maruah Islam.
Di negeriku kaum-kaum terpecah belah, sebagian sedang bereuforia, bagian lainnya mengutuk bagian sebelumnya. Kaumku sedang membelah diri, membuat sekat-sekat kecil. Masing-masing tidak lagi saling melihat, menutup mata dan telinga.
Entahlah, seseorang nan jauh disana berseru “Sebaiknya kita sama-sama kembali ke pangkuan ulama, meminta cuil-cuil keikhlasan para pewaris nabi agar kita tidak lagi terpecah belah”.
Mari kita ikut bersuka ria saja, walaupun mungkin kita tak tersentuh. Anggap saja kita bagian dari euphoria tersebut sambil mempersiapkan generasi untuk menggantikan posisi mereka kelak. Mungkin sepuluh atau 20 tahun, muka-muka akan berganti. Itulah seharusnya yang harus kita persiapkan.
Ganti mereka dengan generasi ber-otak dunia dengan hati ber-akhirat. Manusia yang akan memberi makan para yatim dan janda-janda, membangun jalan-menuju pelosok desa. Mereka yang suka menghidupkan Dayah dan Mesjid, membumikan tarbiyah non-golongan dengan pemahaman Islam yang rahmatan lil a’lamin.
* Anggap saja ini sebagai catatan isengan anak qanun:D