Catatan Betmen

Jul 9, 2013

Risalah Bendera



Sejauh ini simbol menjadi hal sakral yang kadangkala membuat judgment pada seseorang. Umumnya simbol lebih pada sesuatu yang tertulis atau digambar. Perbedaan antara satu negara dengan negara lain pada simbol benderanya disamping pada hal lain.

Dunia mengenal simbol palu dengan sabit sebagai lambang komunis, lebih menarik lagi  yahudi dengan simbol-simbol aneh, sehingga oleh sebagian manusia dicap sebagai lambang setan. Sebutlah bintang david, mata satu, menorah, segitiga dengan mata diatas dan banyak lagi.

Dalam misi penjajahan ekonomi dunia, yahudi membawa simbol Unilever sebagai bentuk ikatan kekuatan produk. Maka jangan heran bila sebuah barang yang dilabeli dengan simbol Unilever sangat digemari oleh pelaku konsumsi. Dalihnya karena barang tersebut dianggap berkualitas baik dan teruji.

Tentu saja pemakai barang bermerek  ini juga merasa, mereka seperti bagian dari manusia kalangan atas dikarenakan barang yang mereka gunakan memiliki merek terkenal, ada dalam iklan di TV dan harga yang lumayan menggerogoti.

Agama pun tidak luput dari simbol, Islam yang lebih dikenal lambang bulan dengan bintang diatas tempat ibadah. Nasrani atau kristen dengan salib yang dikenakan di tempat-tempat ibadah, dirumah-rumah, digambar di badan atau sebagai hiasan yang digantung pada kalung leher. Hindu dengan patung dewa-dewa, Budha dengan patung budha. Hampir dalam berbagai hal kita sudah diikat oleh simbol-simbol.

Dalam banyak kasus simbol merupakan harga mati untuk diperjuangkan. Di Mesir Ikwanul Muslimin menjadi simbol yang menakutakan bagi Israel, Amerika, sebagian negara teluk, beberapa kelompok Kristen dan kalangan liberal sekuler. Sehingga sampai hari ini kita Mesir, Ikwanul Muslimin dan Mursi sang presiden terus digoyang dengan berbagai cara oleh mereka.

Drama demi drama berlangsung face to face. Propaganda licik pun tak segan diterapkan dengan tujuan pihak Ikwan, salafi dan pemerintah membalas mereka dengan kekerasan sehingga jalan menuju kudeta bisa lenggang dilakukan dan diaminkan dunia intenasional.

Dibelahan dunia Asia tepatnya Indonesia juga tak kalah saing, simbol ataupun label tak sekadar dianggap lambang saja, faktanya antara satu pihak dengan lainnya saling melempar simbol untuk menyikut dan memukul balik simbol kawan atau lawan politik. Label koruptor silih berganti dilempar sebagai pengalih isu satu sama lain.

Di Mesir Ikwan dan Salafi sebagai simbol Islam mati-matian mempertahankan Mursi sang presiden dari serangan pihak Syafik dan Amru Musa yang mengusung simbol liberal. Konon katanya sang liberal di back up Israel, Amerika dan sebagian negara teluk yang takut kepentingannya terganggu. Dan tentu saja ditambah ketakutan mereka akan diterapkannya syariat Islam. Dalih kegagalan Mursi dalam dalam mewujudkan janji-janji politik, dangkalnya pengusutan pembunuhan-pembunuhan masyarakat serta jatuhnya nilai mata uang mereka.

Di Indonesia rakyat sudah sangat lelah dengan simbol-simbol, bagi mereka simbol itu hanya sebuah Krong Pade (lumbung padi) yang didalamnya bersembunyi Tikoeh Teng (sejenis tikus dengan muka panjang kedepan) menghabiskan isi lumbung dengan dalih-dalih palsu. Kalaupun rakyat punya kucing (baca : KPK, Polisi) tetap saja tikoeh teng tersebut enggan dilirik apalagi dimakan kucing. Konon Tikoh Teng adalah jenis tikus yang tidak mau disentuh oleh kucing.

Hari ini Aceh gegap gempita, berbondong-bondong masyarakat menaikkan bendera yang merupakan bendera Aceh dengan lambangbintang buleun (bintang bulan). Ramai-ramai sahut menyahut kata-kata “merdeka”, “sibak rukok teuk” silih berganti diucapkan.

Jauh diujung nusa tenggara sana negara Timur Leste merdeka dari Indonesia. Tapi rakyatnya tidak jauh beda dengan situasi dulu ketika dalam genggaman NKRI. Yang lebih menyedihkan stabilitas kehidupan masyarakat masih terkatung-katung tanpa masa depan yang jelas.

Tentu ini tidak bisa kita samakan dengan Aceh, kita punya sumber daya alam yang banyak. Baik sektor migas, pariwisata, laut dan lain sebagainya. Jauh dari lubuk hati, kita berharap Aceh Merdeka. Namun tanpa menutup mata, seberapa baik Sumber Daya Manusia (SDM) yang kita punya, tentu akan menentukan sebanyak apa Sumber Daya Alam (SDA) yang bisa dinikmati rakyat kita. Untuk apa merdeka jika semua hasil sumber daya alam keluar menuju negara lain, sebulan setelahnya masuk lagi dengan harga meroket ke bulan.

Entahlah, di belahan Aceh autopsi simbol paling susah dan sakral. Salah korek lukanya bisa berdarah dan bernanah-nanah. Namun tetap saja kita harus berharap semoga di aceh simbol bukanlah kamuflase seperti label partai-partai di ibu kota. Yang memakai label sebagai tangga jabatan, memukul lawan dan mengeruk hasi keringat rakyat.

Juga bukan tidak seperti di Mesir, dengan cara-cara yang licik dan menyedihkan mereka berkerjasama dengan musuh gara-gara takut kehilangan pengaruh dan kepentingan. Juga Timor Leste, yang punya simbol namun tak rakyat mati sambil menatap simbol. Wallahu A’lam.
*Mh

Jul 2, 2013

Revolusi Wajah Keluarga Kita


Image Google

Layaknya manusia biasa, adalah lumrah ketika kita semampunya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menapaki jalan hidup secara normal. Lumrah juga ketika ternyata fakta sangat tidak berbanding lurus dengan keinginan kita.

Terlalu banyak hambatan yang menghadang, bahkan mungkin pro-kontra ketika kita kiranya sedikit dikoreksi oleh siapa saja mengenai cara, tingkah atau polah alpa yang kita anut dalam menyelesaikan hambatan hidup. Hal ini juga lumrah.

Sebuah langkah tuntutan umat telah kita lewati, yaitu transisi kepemimpinan. Tahap ini tentunya merupakan perpanjangan tangan dari kelanjutan estafet kita semua selaku mahasiswa. Mahasiswa Aceh di negeri para penuntut ilmu. Evolusi kepemimpinan yang terbentuk adalah manifestasi keinginan masa depan mahasisiwa Aceh yang sekarang aktif ataupun tidak dalam beraktifitas akademisi ataupun sebaliknya.

Langkah-langkah para pendahulu juga tak segan-segan mendukung berbagai statement argumentatif dan praktis terhadap kemajuan evolusi kita semua. Begitulah jaring-jaring kebersamaan yang telah kita rajut dalam wadah KMA.

Politik peraduan agen-agen pembahaharu kita disadari atau tidak sangat berbeda dengan gaya masyarakat masisir lainnya. Harapan tersirat dan tersurat kini mutlak sudah berganti jatah.

Tatanan Majlis Syura dan beberepa hari lagi tatanan pengurus harian akan dipilih lagi. Kita berharap pengganti mereka juga pemilik integritas dan kualitas sebagai pengawal sejarah kita. Para penjawab panggilan zaman dan tantangan.

Mereka haruslah mengawal nilai-nilai masyarakat kita seperti adanya. Terus memotori kepercayaan kaumnya. Gerak-gerik mereka dalam mengawal masyarakat harus sederhana dan bersahaja. Mereka harus mampu mengomunikasikan keadaan yang ada dengan tidak agresif.

Kemampuan berhadapan di depan retorika-retorika aneh juga dituntut.Simplenya mereka harus bisa dilaqab pasif dan pro akfif' dalam memperjuangkan ungkapan-ungkapan dan berbagai suara sumbang masyarakatnya.

Harapan kita tentunya mereka tulus ikhlas dalam membuat manuver-manuver dan terobosan perubahan kearah yang lebih baik. Mereka juga harus memastikan agar tidak membuat warisa tanggung jawab sejarah leluhur ke liang keterpurukan.

Kesadaran masyarakat sebagai pengawal pengurus tak terbantahkan. Masukan-masukan demi tercapainya cita-cita KMA kita pada umumnya dan tujuan khusus lainnya harus terus di suarakan. Mutlak diharapkan partisipasi yang nyata demi kekarnya langkah mereka. Tentunya bukan hanya saat menerima hasil atau minhah saja.

Kita harus menyadari bahwa mereka berada pada posisi penjaga kebun yang akan mengolah, merawat atau menjaga kebun dari serangan berbagai hama penyakit. Maka juga sudi kiranya kita memaklumi cara, gaya mereka dalam mengingat kealpaan kita ketika kiranya melakukan kesilapan-kesilapan yang bisa menggiring kepada kerusakan.

Hal yang mungkin menjadi cacatan jempol adalah kepercayaan dan menghargai. Harga kepercayaan bagi keutuhan sebuah wadah kebersamaan adalah ibarat kapak bagi penebang, cangkul bagi petani dan lain-lain sebagainya.

Percayalah, mereka akan membawa masyarakatnya kearah yang lebih baik. Kalian mampu menggiring masyarakatmu ke tujuan mereka dengan selamat.

Selanjutnya menghargai, adalah sebagai rasa menghormati usaha dan keringat mereka maka seharusnya menjaga perasaan mereka dari kehilangan semangat dan rasa ikhlas. Celaan yang tidak beralasan hanya akan berpengaruh pada kualitas kerja. Kalaupun kecatatan menimpa harus ada cara lain yang lebih propesional dan kultural tentu menjadi pilihan yang lebih bijak. Dan ini harus kita lumrahkan.

Yang Pasif dan Defensif

Kaum wanita menjadi perhatian masyarakat disekitar kita, perilaku tingkah dan gaya menjadi patokan masyarakat masisir khususnya KMA dan mesir umumnya. Selayaknyalah mereka mejaga aturan dan garis-garis batasan. Supaya langkah dan aktifitas terjaga dari berbagai unsur penganiaan atau ulah yang tidak senonoh.

Pasif defensif tidaklah sebagai maksud untuk memberi atauran keras atau sifat fanatisme yang berlebihan. Ini hanya sebagai bahan masukan. Dua kata ini bukanlah sebagai tuntutan, namun hanya sebatas kata saran.

Artinya setiap dari perempuan berhak aktif dan kritis. Hanya saja aktif dan kritisnya mereka harus dibarengi dengan pasif defensif. Terlebih dalam beberapa hal, misalkan saja dalam berinteraksi dengan lawan jenis.

Jangan juga terlalu fanatik, seakan menutup diri dan tak mau berhubungan sedikitpun. Ataupun sebaliknya seakan interaksi kita tiada beda antara laki-laki dan perempuan. Hendaknya hal ini menjadi bahan pertimbangan kita bersama.

Kaum perempuan tidak sedikitpun bisa melepaskan diri dari tatanan masyarakat. Sederhanya, mereka juga para pejuang dalam mewujudkan cita-cita kita bersama. Sekiranya kesadaran mereka akan sangat penting bagi perubahan kita ke depan.

Sekali lagi, ukuran keberhasilan dan kemenangan kita semua bukanlah hanya di dunia saja. Namun juga perubahan untuk nantinya di akhirat. Keberhasilan juga bukanlah berhasilnya para individu saja. Namun adalah berhasilnya kita semua menuju ke tempat tujuan dengan selamat. Our jurney our destinity.

Wallahu A'lam bisshawab.
Oleh : Muhibussabri Hamid
Tulisan ini sudah pernah di muat pada Buletin el-Asyi

Jul 1, 2013

Selamat Pagi Masisir!

image google


Tepat di pusara PPMI masa bakti 2011-2012, kita merenung sejauh mana sudah masisir berjalan, seelok mana drama yang telah dilakoni para artis pilihan. Ada baiknya kita kembali melihat plus-minus, pro kontra geliat para stake holder kita. Ibarat berdiri di depan kuburan, mayat yang baru dikubur. Setiap kepala yang berdiri akan disuguhi bayang-bayang si mayat ketika hidup. Dengan tingkah, gaya, keberhasilan, kegagalan dan momen tertentu.

Hasil preview dari rekaman tersebut setidaknya akan menjadi acuan kecil bagi kita. Bukan konsep lah, hanya sekadar timang-timang, bisa sebagai pembanding atau ukuran. Mau tidak mau, pengurus PPMI 2012-2013 yang baru harus siap menjadikan dekade sebelumnya sebagai ukuran atau patokan dalam membangun pondasi dasar di masa kekuasaan mereka.

PPMI bukan sekedar organisatoris, acara diskusi ilmiyah atau rapat heboh selama berhari-hari. Namun di sana ada memberi naungan yang hangat di musim dingin dan angin yang segar di musim panas. Prolong keamanan bagi masisir harus menjadi garis pertama dalam program PPMI 2011-2012. Kairo sedang ganti kulit, ada banyak kejahatan mengintip di berbagai sudut.

Pengurus harus cekatan dan kuat dalam membangun jembatan-jembatan antar masisir. Antara satu kekeluargaan dengan lainnya, atau sesama senat bahkan PPMI sendiri dengan masyarakat. Jangan lah, pejabat PPMI terlalu segan untuk sekadar disalami rakyatnya.

Potret terbaru yang mulai berdebu adalah hubungan masisir dengan pejabat perwakilan Republik Indonesia, diwakili Pak Dubes baru. Ada nuansa individual dalam menanggapi isu masisir. Sehingga perlu adanya konsolidasi bertahap dengan mereka. Seperti cerita di atas Dubes bukan sekedar ada, tapi careresponsibility and listening dengan suara masisir .

Sesekali, PPMI harus berani mengawal ayunan KBRI. Paling tidak info pembangunan asrama Mahasiswa diketahui publik, berapa persen pembangunannya. Konon, asrama tersebut kadang tenggelam kabarnya. Kita bukan meminta, hanya sekadar berharap, masi banyak kawan-kawan yang sangat butuh asrama mengingat kehidupan kairo yang semakin meninggi.


Muhibussabri Hamid
Mahasiswa Al-Azhar Fak. Syariah Wal-qanun Jur. Qanun

Popular Posts

bilhalib.blogspot.com. Powered by Blogger.