Catatan Betmen

Dec 4, 2013

Catatan Desember (1)

Google Doc.

Kawan, ketika kita melihat berbagai hal yang tidak kita ketahui, tidak kita pahami keadaanya dan jauh dari ilmu yang kita punya atau sesuatu yang kita tidak punya kapasitas untuk menjawab dan menanggapinya maka janganlah terburu-buru.

Berilah orang-orang yang paham hak mereka, untuk menjawab dan memberi jawaban terhadap masalah tersebut. Biarlah kita berdiri disuatu sudut mendengar, menyimak dengan baik apa yang mereka ketahui, jika sesuai maka begitulah jawabannya, jika tidak sesuai seperti keinginan kita maka tunggulah hingga masalah tersebut dijawab oleh orang lain yang juga punya kapasitas.

Namun ketika para ahlinya sudah memberikan semua pendapatnya dan tidak ada satupun yang tidak sesuai seperti yang kita harapkan, segeralah menjauh dari persoalan tersebut. Bisa jadi kita memang tidak layak berurusan dengan hal tersebut.

Lihatlah laron (red. anai-anai), mereka muncul dimusim hujan. Makhluk ini memiliki semangat yang sangat menggebu-gebu mencari cahaya demi menghangatkan tubuhnya. Berbondong-bondong memadati lampu mengepakkan sayap indah hingga tanpa sadar satu persatu sayapnya rontok. Lalu berjatuhan, bahkan banyak yang mati setelah mendapatkan cahaya yang diimpikannya.

Disudut lain sekelompok yang lain sedang berputar-putar berusaha menggapai cahaya lilin, setelah dekat dan menggapainya mulailah cahaya tersebut membakar tubuhnya menjadi hangus.

Kita manusia juga punya kecenderungan seperti itu, ketika “sebuah hal baru” terjadi maka beramai-ramai mengerahkan seluruh kemampuan untuk mengomentari, menganalisa dan berkomentar baik atau jelek terhadap hal tersebut. Padahal disitu bukanlah kelahlian kita. Bahkan sebagian memang tidak sedikitpun tau tentang dunia yang mereka hitamkan. Lalu dengan meraung-raung memberikan komentar busuk.

Syaikh Ali Jum’ah dalam sebuah kesempatan menjelaskan bahwa sifat seperti ini juga ada pada lalat. Jika lebih jauh kita perhatikan, lalat sangat menyukai kotoran, sesuatu yang bau menyengat baik tempat kotor maupun makanan bahkan dimana saja ia akan hinggap, tidak peduli sedang dimana dan apa yang dikonsumsi dan dilakukannya.

Lalat-lalat tersebut mengerumuni sesuatu yang baik dan juga sesuatu yang buruk, sehingga ketika mereka sedang berkerumun, kita tidak tahu apakah yang dikerumuni itu sesuatu yang baik atau buruk dan bahkan sesuatu yang baik jika dikerumini akan lalat menjadi buruk?

Hal ini juga berlaku untuk manusia, ketika mereka berkerumun, belum tentu yang mereka kerumuni adalah sesuatu yang benar. Betapa banyak kita melihat manusia berkerumun untuk hal buruk, sebagaimana lalat mengerumuni kotoran. Dan betapa banyak pula kita melihat kebenaran sepi dari kerumunan orang.

Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah sama yang buruk dengan yang yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu…” (Q.S. al-Maidah: 100).

Bijaklah kita ketika mengerumuni sesuatu, jauhilah sifar hasad dengki supaya Allah Swt. menampakkan wujud sebenarnya dari permasalahan tersebut. Apakah layak untuk kita dekati atau cukup kita serahkan saja kepada ahlinya untuk diselesaikan sembari berdoa kepada Allah agar mereka dimudahkan dalam menyelesaikanyya. Jika memang kita ingi berkomentar nampakkallah sikap yang mendidik.

Sikapi dengan baik, jika membela berikallah uraian-uraian penjelasan, kalaupun menolak hendaklahnya dengan cara yang   menunjukkan bahwa kita merupakan orang yang betul-betul punya itikad baik terhadap hal tersebut. Jauhilah hinaan, hujatan, kata-kata kotor dan bahkan pengkafiran terhadap hal yan belum kita tau pangkal ujungnya.

Jika memang tidak mampu, maka saran yang pertama dan terakhir agar “hendaknya hal tersebut dijauhi saja”. Cukup lihat dari jauh dan berkomentar dalam hati.

Nov 4, 2013

Biografi Syekh Ali Jum'ah

Google Image
Ayahnya bernama Syeikh Jum`ah bin Muhammad dan ibunda Fathiyah Hanim binti Ali bin `Id alim dalam bidang fiqih dan merupakan lulusan Universitas Kairo, Jurusan Hukum. Kedua orang tuanya merupakan keluarga yang dikenal baik dan beradab. Nama asli beliau adalah Abu Ubadah Nuruddin Ali bin Jum`ah bin Muhammad bin Abdul Wahhab bin Salim bin Abdullah bin Sulaiman, al-Azhari al-Syafi`i al-Asy`ari.

Beliau lahir provinsi Bani Suef pada hari Senin 7 Jumadal Akhir 1371 H/3 Maret 1952 M. Masa kecilnya tumbuh besar bersama orang tuanya, belajar agama dengan tekun semenjak kecil. Jum'ah kecil dikenal berkahlak mulia, menghabiskan kesehariannya dengan mengkhatamkan buku di perpustakaan milik ayahnya.

Tahun 1963 (umur lima tahun) beliau mendapatkan ijazah madrasah ibtidaiyah di Provinsi bani Suef, kemudian dilanjutkan dengan ijazah madrasan tsanawiyah pada tahun 1966, disamping itu beliau juga telah mengkhtamkan hafalan Al-Qur'annya kepada beberapa guru.
Beliau berpindah ke kota Kairo bersama kakak perempuannya dan menamatkan jenjang pendidikan madrasah aliyah pada tahun 1969.  Syeikh Ali Jum`ah muda kemudian masuk ke Universitas Ain' Syams dan mendapatkan gelar sarjana di fakultas perdagangan pada bulan Mei 1973.

Selanjutnya Syeikh Ali melanjutkan belajar di al-Azhar, beliau bertemu dengan para guru dan ulama besar pada masa itu. Beliau menghafal berbagai kitab ilmu-ilmu dasar, seperti kitab Tuhfatul Athfal (Ilmu Tajwid), kitab al-Rahabiyah (Ilmu Mawaris)Alfiyah Ibnu Malik (Ilmu Nahwu), al-Ghayah wa al-Taqrib (Ilmu Fikih), al-Mandzumah al-Bayquniyah (Mustalah Hadis) dan beberapa ktab dasar ilmu penunjang pemahaman Islam.

Tahun 1979 Syeikh Ali mendapatkan gelar sarjana (License) dari Fakultas Dirasat Islamiyah wa al-`Arabiyah Universitas al-Azhar Kairo. Pengajian dengan ulama besar tidak beliau tinggalkan dan beliau juga fokus pada pendidikan formal. Tahun 1985 mendapatkan gelar Master dengan peringkat cum laude di kuliah pascasarjana Universitas al-Azhar Kairo di Kuliyah Syari`ah wal Qanun spesifikasi Usul Fikih. Gelar Doktor beliau raih pada tahun pada tahun 1988 dengan peringkat summan cum laude.

Syeikh Ali Jum'ah dikenal mempunyai guru yang banyak dan alim disegala bidang, diantara guru yaitu Syeikh Abdullah bin Siddiq al-Ghumari, pakar hadis pada zamannya, menghafal lebih dari lima puluh ribu hadis lengkap dengan sanadnya.

Syeikh Ali membaca kitab Shahih Bukhari, kitab Muwattha Imam Malik, kitab al-Luma` fi Ushul Fiqh karya Imam Syairazi dihadapan Syeikh Gumari. Hingga Syeikh Abdullah al-Ghumari memberikan beliau ijazah dalam meriwayatkan hadis serta memberi beliau ijazah dalam berfatwa.

Beliau juga menganjurkan para muridnya yang lain untuk mengambil ilmu dari Syeikh Ali Jum`ah dan menyatakan bahwa beliau adalah salah satu muridnya yang terpandai di Mesir.
Kemudian Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, seorang ulama yang terkenal dengan keluasan ilmunya pada saat masa itu. Kepadanya Syeih Ali membacakan kitab al-Adab al-Mufrad karya Imam Bukhari.

Suatu saat Syeikh Ali Jum`ah melakukan penelitian ulang terhadap kitab Ushul Fiqh karya Syeikh Muhammad Abunnur Zuhair, dan beliau menuliskan ijazah yang beliau dapatkan dari Syeikh Muhammad Abunnur di dalam buku itu. Kemudian Syeikh Abdul Fattah Abu Ghuddah berkata, “Kami terima ijazah buku ini darimu!”. Sebuah kehormatan yang besar bagi Syeikh Ali Jum`ah saat gurunya yang telah dikenal dengan keluasan ilmunya mengambil riwayat sebuah buku darinya.

Selanjutnya Syeikh Muhamamd Abunnur Zuhair, Wakil Rektor Universitas al-Azhar, seorang pakar Usul Fikih dari Universitas al-Azhar, anggota lembaga fatwa. Kepadanya Syeikh Ali Jum`ah membacakan kitabnya Usul Fikih yang memiliki tebal empat jilid di rumahnya. Dan Syeikh Muhammad Abunnur telah memberinya ijazah untuk mengajar dan berfatwa.

Dan Syeikh Jadurrabi Ramadhan Jum`ah, Dekan Fakultas Syariah wa al-Qanun Universitas al-Azhar saat itu, yang dikenal dengan sebutan “Syafi`i Kecil” karena keluasan ilmunya dan keahliannya dalam bidang fikih mazhab Imam Syafi`i. Syeikh Ali Jum`ah belajar fikih Syafi`i kepadanya, begitu juga belajar kitab al-Asybah wa al-Nazair tentang kaidah fikih karya Imam Suyuthi hingga beliau menghafalkannya. Syeikh Jadurrabbi suatu saat pernah berkata kepada Syeikh Ali Jum`ah di hadapan kawan-kawannya, “Penamu ini lebih baik dari penaku.”

Syeik Ali Jumah mulai bergabung dengan lembaga fatwa atas persetujuan Syeikh Jadulhaq Ali Jadulhaq saat tersebut beliau sebagai mufti Mesir. Beliau juga dikabarkan pernah mengikuti majlis riwayat hadis yang diajar oleh Syeikh Yasin al-Fadani.

Habib Umar dan Dr. ALi Jum'ah
Syekh Usamah Sayyid al-Azhari, menuliskan:

“Beliau (semoga Allah meridhainya) datang ke masjid al-Azhar selepas terbit matahari, kemudian duduk di sana membuka pelajaran hingga tiga jam lebih setiap harinya. Mengajarkan berbagai macam cabang ilmu dari hadis, usul fikih, fikih, qiraah, dan berbagai cabang ilmu lain.”
“Allah telah menghidupkan kembali ilmu dan majlis ilmu di al-Azhar melalui beliau. Di al-Azhar kembali dibacakan buku-buku hadis, fikih, usul fikih, bahasa arab.”
“Setelah lama saya memperhatikan kecerdasan dan pemahaman beliau, saya melihat kemampuan beliau yang luar biasa dalam menyelesaikan permasalahan kontemporer dan kemampuannya dalam mengklarifikasinya terhadap pendapat-pendapat para ulama.”

Diantara Jasa Syeikh Ali terhadap dunia Islam yaitu pada tahun 1990 beliau berhasil menghidupkan kembali tradisi pengajian pelajaran agama di masjid al-Azhar yang telah lama dilarang dan ditututup oleh pemerintah, pembelajaran di ruwaq-ruwaq di Mesjid terbuka untuk umum sehingga orang-orang yang ingin lebih mendalami tentang agama bisa mengikuti pelajaran ini. Jelas hal ini menghidupkan kembali ruh Islam Manhaj Washatiyah rahmatal lil A'lamin.

Tahun 2003 Sheikh Ali ditunjuk sebagai Grand Mufti Mesir. Nah ketika beliau menjabat sebagai Grand Mufti Republik Arab Mesir, beliau membuat Dar al-Ifta al-Misriyyah menjadi sebuah institusi modern dengan dewan fatwa dan sistem checks and balances .
Hingga institusi tersebut memiliki teknologi yang mumpuni dengan dikembangkannya sebuah website dan call center dimana orang semakin mudah untuk meminta fatwa tanpa harus datang ke kantorDar al-Ifta al-Misriyyah(MH)

*Sumber :
1. Kitab Asanid al-Mashriyyin karya Syeikh Usamah Sayyid al-Azhari.
2. Website resmi http://www.ali-gomaa.com/
3. Fans Page Facebook: Suara Azhar.

3. Dan beberapa sumber lainnya.

Lembaga Fatwa Mesir dari Masa ke Masa

Doc. Google Image
Oleh: Faza Abdu Robbih
Ensiklopedi fatwa ulama Mesir dari fatwa sahabat Uqbah bin Amir, hingga Mufti Besar Mesir Syeikh Ali Jum’ah telah disusun sampai 22 jilid. Demikian pula dibukukan dalam 23 jilid fatwa Dar Al Ifta’ Al Mishriyah yang mencakup fatwa di masa Syeikh Hasunah An Nawawi menjadi mufti tahun 1895 hingga di masa Syeikh Ali Jum’ah dan fatwa yang tertulis dalam kumpulan ini sendiri mencapai 100 ribu fatwa (hidayatullah.com (13/3/2013)

Itulah salah satu prestasi Dar Al Ifta Al Mishriyah di masa kepemimpinan Prof. Dr. Ali Jum’ah selama masa kepemimpinan beliau sejak tahun 2003  dari banyak kesuksesan lainnya. Dan akhir Februari 2013 ini Syeikh Al Jum’ah melepaskan jabatannya selaku Mufti digantikan oleh Mufti Mesir yang baru, Dr. Syauqi Ibrahim Abdul Karim.  

Agar mengenal lembaga ini lebih jauh, maka tulisan ini berusaha untuk mengupas sejarah lembaga fatwa ini dari masa ke masa, posisinya dalam tatanan pemerintahan, lembaga-lembaga yang terdapat di dalamnya serta beberapa ulasan menarik lainnya. Selamat menikmati.  

Sejarah perkembangan Dar al-Ifta (Lembaga Fatwa Mesir)       
Lembaga fatwa Mesir merupakan lembaga fatwa pertama yang didirikan di dunia Islam. Lembaga ini didirikan pada tahun 1895 berdasarkan surat keputusan dari Khedive Mesir Abbas Hilmi yang ditujukan kepada Nidzarah Haqqaniyah No 10 tanggal tanggal 21 November 1895. Surat tersebut telah diterima oleh Nidzarah yang bersangkutan tanggal 7 Jumad al-Akhir 1313 nomor 55.

Kedudukan Lembaga Fatwa Mesir                      
Lembaga fatwa Mesir merupakan salah satu pilar institusi Islam di Mesir selain al-Azhar asy-Syarif, Universitas al-Azhar dan Kementrian Wakaf. Pada mulanya, lembaga fatwa Mesir merupakan salah satu lembaga yang berada di bawah naungan Departemen Kehakiman. Mufti agung Mesir selalu diminta pendapatnya tentang vonis mati dan sebagainya. Namun, tugas dan peran lembaga fatwa Mesir tidak terbatas di sana saja bahkan jangkauannya pun tidak hanya Mesir namun menjamah ke seluruh dunia. 

Hal itu dapat diketahui dengan banyaknya pertanyaan yang dilayangkan ke lembaga fatwa Mesir dimana para penanyanya berasal dari berbagai penjuru dunia, ditambah dengan diadakaanya pelatihan fatwa untuk mahasiswa asing. Terdorong dari faktor ini ditambah lagi dengan posisi lembaga fatwa Mesir yang selalu  dijadikan rujukan (marji’iah) karena metodenya yang moderat (tawasuth) maka Dar al-Ifta hingga saat ini selalu mengikuti perkembangan tekhnologi terkini agar dapat merealisasikan tuntutan ini semua.

Tugas Lembaga Fatwa Mesir                     
Secara global tugas lembaga ini terbagi menjadi dua; tugas keagamaan dan tugas yang berkaitan dengan pengadilan. Adapun tugas keagamaan, di dalamnya terdapat beberapa poin diantaranya; menerima permohonan dan pertanyaan fatwa serta menjawabnya dengan berbagai bahasa, menentukan setiap permulaan bulan hijriyah, mengadakan pelatihan fatwa kepada mahasiswa asing, mengeluarkan pernyataan resmi berkenaan dengan masalah keagamaan, menyusun riset-riset ilmiyah, menjawab kesalahpahaman terhadap Islam serta mengadakan sistem belajar jarak jauh.      
  
Adapun tugas lembaga fatwa Mesir yang berkaitan dengan pengadilan berupa pemberian keputusan menurut syarak terhadap vonis mati terhadap terdakwa. Dalam hal ini Mufti agung Mesir mengecek seluruh berkas yang ada (bukti-bukti dari awal hingga akhir) serta mencari dalil dalam agama dan pendapat para ulama terhadap kasus tersebut yang pada nanti akan dikembalikan kepada pihak kehakiman dalam pembacaan vonis terakhir.

Lembaga fatwa Mesir terus memperbaiki kinerjanya, hal ini terlihat dari bidang-bidang yang ada di dalamnya. Tak kurang dari lima bagian berada di bawah naungannya; bagian dewan fatwa, pusat riset Islam, pusat pelatihan fatwa, pusat terjemah, pusat komunikasi dan fatwa elektronik serta bidang-bidang pendukung. Selain bidang-bidang di atas lembaga fatwa Mesir juga memiliki tim khusus, diantarnya; tim khusus maqashid syari’ah dan tim pengawas dan sosialisasi data ilmiyah.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dimana setiap institusi dituntut untuk terus mengikutinya maka lembaga fatwa Mesir mulai melebarkan sayapnya dalam menyebarkan misi dan visinya. Berbagai cara dan media di tempuh diantarnya melalui website (yang dapat dilihat di www.dar-alifta.org, facebook, twitter hingga youtube), majalah, buletin bulanan, khazanah fatwa klasik (ensiklopedia yang berisi seluruh fatwa dari mufti pertama hingga terkini, bahkan diwacanakan seluruh fatwa ini akan dikomputerisasikan).

Sejak berdirinya hingga sekarang lembaga fatwa Mesir ini telah dipimpin oleh 19 mufti, dimulai dari Syeikh Hasunah an-Nawawi hingga mufti terkini Syeikh Syauqi Abdul Karim ‘Allam. Untuk lebih mengenal mereka maka kami akan cantumkan secara singkat biografi mereka satu persatu.

Syeikh Hasunah an-Nawawi (1895 - 1899). Tahun 1893 beliau lahir di Provinsi Asyuth. Ia juga menduduki beberapa jabatan penting, mulai guru besar di Fakultas Dar al-Ulum Universitas Kairo, Grand Syeikh al-Azhar menggantikan Syeikh Al-Inbani, mufti lembaga Fatwa Mesir pertama -sebelum Syeikh Muhammad Abduh- dari tahun 1895-1899 M. beliau pun berhasil mengumpulkan sekitar 287 fatwa selama masa jabatannya. Salah satu karya tulisnya yang terkenal adalah Sullam al-mustarsyidin fi ahkam al-fiqh wa ad-din. Beliau akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 24 Syawwal 1343 H sekitar tahun 1924 M.

Syeikh Muhammad Abduh (1899 – 1905). Beliau lahir di Delta Nil tahun 1849 M dan meninggal di Iskandariyah 11 Juli 1905 M pada umur 55 atau 56 tahun. Beliau resmi menjabat sebagai mufti Mesir dengan dikeluarkannya surat resmi dari Khedive Abbas Hilmi. Kalau masa-masa sebelumnya jabatan mufti merangkap Grand Syeikh al-Azhar namun setelah turunnya surat keputasan tersebut maka Syeikh Muhammad Abduh menjadi Mufti pertama yang independen dari jabatan Syeikh al-Azhar. Selama 6 tahun masa jabatannya beliau telah menelurkan 944 fatwa dimana sekitar 80 persen fatwanya mencakup berbagai  problematika khususnya ekonomi dan harta.

Syeikh Bakr Ash-Shidfi  (1905- 1915). Lahir di Provinsi Asyuth. Masa hidup beliau selalu disibukkan dengan kegiatan mengajar, baik di masjid al-Azhar bahkan di rumah beliau sendiri. Hal ini juga yang membuat beliau tidak terlalu produktif menghasilkan karya tulis, bahkan karya-karya yang ada berupa beberapa pembahasan belum terbit hingga sekarang. Beliau meninggal pada bulan Maret 1919 M.  

Syeikh Muhammad Bukhit al-Muthi’i  (1915 – 1920). Lahir di daerah Muthi’ provinsi Asyuth. Seperti ulama lainnya kesibukan beliau pun sangat fokus untuk mengajar di al-Azhar. Syeikh yang bermazhab Hanafi ini juga banyak menelurkan karya diantaranya; Irsyadu al-ummah ila ahkam ahli adz-dzimmah, Haqiqah al-Islam wa ushul al-ahkam, Al-Qoul al-mufid fi ‘ilm at-tauhid dan lain-lainnya. Beliau menemui ajalnya tahun 1354 H atau 1935 M.  

Syeikh Muhamad Isma’il al-Bardisi (Enam bulan 1920). Beliau dilahirkan di Bardis, daerah di Jurja. Keilmuannya sangat terpengaruh dari keluarganya yang berilmu. Beliau termasuk salah satu murid Syeikh Jamal ad-Din Al-Afghani. Selama enam bulan menjadi mufti beliau dapat melahirkan 260 fatwa. Kesibukannya dalam kehakiman di Mesir membuatnya tidak banyak membuat karya tulis, salah satu karyanya yang berjudul Al-ittihaf fi ahkam al-auqof masih berupa manuskrip di perpustakaan al-Azhar.

Syeikh Abd ar-Rahman Qurra’ah (1921 - 1928). Lahir di daerah Bundar provinsi Asyuth. Selain mempelajari kitab-kitab Azhar beliau juga mendalami sastra, kamus-kamus Arab hingga menjadi seorang penyair dan salah satu pencetus kebangkitan bahasa Arab. Mufti pada masa Raja Fuad I ini telah membuat sekitar 3065 fatwa.

Syeikh ‘Abd al-Majid Salim (1928 - 1946). Terlahir di daerah Mayit Syuhalah, daerah Asy-Syuhada provinsi Munufiyah 13 Oktober 1882 M. Beliau berguru para Syeikh Muhammad Abduh, Syeikh Ahmad Abi Khotwah, Syeikh Hasan Ath-Thowil dan lain-lain. Beliau sempat menjadi Grand Syeikh al-Azhar dua kali. Pertama pada 1950 namun dilengserkan karena menentang pemerintah dan diangkat kembali pada 1952 M. Selama menjabat mufti beliau telah menyumbangkan 15 ribu fatwa.   

Syeikh Hasanain Muhammad Makhluf (1946 - 1950). Lahir di Bab al-Futuh Kairo 6 Mei 1890 M. Setelah tamat dari al-Azhar beliau sibuk menjadi hakim. Kemudian diangkat menjadi mufti pada 5 Januari 1946 M. Banyak karya tulis yang lahir dari tangan beliau diantaranya; syarh baiquniyah, hukm al-Islam fi ar-rifqi bi al-hayawan dan lain-lain. Karena kontribsinya terhadap Islam beliau mendapat penghargaan Internasional Raja Faisal (jaizah malik faishal al-‘alamiyah li khidmat al-Islam). Selama jabatannya beliau telah mengeluarkan sekitar 8588 fatwa.     

Syeikh ‘Allam Nashor  (1950 - 1952). Di Desa Mayt al-‘Iz Provinsi Munufiyah 20 Februari 1891 M beliau terlahir. Usai menyelesaikan studinya di al-Azhar beliau berkarir sebagai qodhi hingga diangkat menjadi mufti. Beliau mencurahkan seluruh usahanya untuk mengajar dan menjadi mufti. Karya-karyanya banyak berkisar pada masalah masalah fiqh namun belum tercetak hingga kini. Adapun jumlah fatwa selama jabatannya berkisar 2189 fatwa. 

Syeikh Hasan Makmun (1955 - 1964). Terlahir di kampung Abidin Kairo. Usai menyelesaikan belajarnya di al-Azhar beliau melanjutkan ke sekolah Qodho Syar’i. Selain menguasai bahasa Arab beliau juga pandai bahasa Prancis. Beliau ditugaskan sebagai qodhi bahkan hingga ke Sudan. Selain menjadi mufti beliau juga pernah menjadi Grand Syeikh al-Azhar ke 39. Sekitar 12311 fatwa berhasil dikeluarkan selama masa jabatannya.   

Syeikh Ahmad Muhammad ‘Abd al-‘Aal Huraidi (1960 - 1970). Lahir di Provinsi Bani suwaif 15 Mei 1906 M. Masuk Kuliyah Syariah di al-Azhar dan menjadi alumni pertamanya. Karena kedalaman ilmunya beliau ditunjuk menjadi mufti dalam beberapa periode dan dapat menghasilkan sekitar 8983 fatwa. Beliau wafat bulan Maret 1984 M.   

Syeikh Muhammad Khotir Muhammad al-Syeikh (1970 - 1978). Lahir di daerah Manzalah Provinsi Daqhaliyah tahun 1913 M. Selain menjadi mufti beliau juga menduduki beberapa posisi penting seperti anggota Majma’ buhuts al-Islamiyah, anggota Majlis ‘ala li asy-syuun al-Islamiyah seta ketua Dewan pengawas syaria’ah Bank Faisal. Selama menjadi mufti beliau berhasil mengeluarkan sekitar 2872 fatwa. Beliau berpulang ke rahmatullah pada 20 Januari 2004 M.     

Syeikh Jad al-Haq ‘Ali Jad al-Haq (1978 - 1982). Lahir pada 5 April 1917 di Provinsi yang sama dengan mufti sebelumnya. Beliau sangat terkenal dengan keilmuan dan kedisiplinannya. Tak heran beberapa jabatan penting di Mesir pernah beliau duduki mulai mufti Mesir, Mentri wakaf hingga Grand Syeikh al-Azhar. Beliau juga banyak membuat trobosan baru di lembaga yang dipimpinya. Di dar al-ifta beliau yang berinisiatif untuk mengumpulkan seluruh fatwa mulai dari mufti pertama hingga zaman beliau. Di kementrian wakaf beliau banyak mengadakan seminar untuk menjadikan para da’i dapat mengoptimalkan tugasnya.

Di al-Azhar sendiri beliau banyak melakukan banyak inovasi di antaranya; membuka cabang-cabang al-Azhar hingga ke daerah-daerah bahkan luar negri, membuka pintu selebar-lebarnya kepada para mahasiswa asing dan menambah beasiswa mereka. Pada masanya lembaga fatwa Mesir melahirkan sekitar 1284 fatwa. Tepat 15 Maret 1996 beliau menghembuskan nafas terkhirnya.   

Syeikh ‘Abd al-Latif Hamzah (1982 - 1985). Dilahirkan pada permulaan bulan Mei 1923  di Provinsi Delta Nil (Buhairoh). Selama tiga tahun menjadi mufti beliau telah menelurkan sekitar 1115 fatwa. 15 September 1985 M menjadi hari terakhir beliau di dunia ini.   

Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi (1986 – 1996). 28 Oktober 1928 menjadi awal kali beliau menghirup udara Provinsi Suhaj. Usai menamatkan doktoralnya dengan predikat imtiyaz tahun 1966 beliau banyak melanglang buana. Hingga pada 26 Oktober 1986 beliau diangkat menjadi mufti Mesir. Sepuluh tahun beliau menduduki kursi mufti dapat membuat beliau melahirkan 7557 fatwa. Pada 27 Maret 1996 beliau pun diangkat menjadi Grand Syeikh al-Azhar hingga wafatnya pada 10 Maret 2010 M.

Syeikh Nashr Farid Wasil (1996 -2002). Lahir pada 1937 M. Dilanjutkan dengan pengembaraan keilmuannya hingga dipinjamkan ke berbagai Universitas seperti Shan’a, Madinah, King Saud dan lain-lain. Tepat pada 10 November 1996 M beliau menjabat mufti. Dan menghasilkan sekitar 7378 fatwa dalam masa khidmahnya. Beliau akhirnya mundur dari jabatan ini karena sudah memasuki usia pensiun dengan berumur 65 tahun ketika itu. Hingga kini beliau masih hidup dan mengajar di pascasarana Universitas al-Azhar serta menjadi salah satu pembesar ulama di al-Azhar (Haiah kibar ulama al-Azhar). 

Syeikh Ahmad ath-Thayyib (2002 -2003). Lahir di ujung Provinsi Mesir (Luxor) pada 6 Januari 1946 M. Beliau berhasil menamatkan doktoralnya di Universitas al-Azhar pada 1977 dan pernah melakukan perjalanan beberapa bulan di Prancis atas undangan beberapa universitas di sana. Selama menjadi mufti beliau berhasil mengeluarkan sekitar 2835 fatwa. Beliau diangkat menjadi rektor Universitas al-Azhar kemudian Grand Syeikh al-Azhar hingga saat ini. Beliau pun yang pertama kali menggagas pembentukan Ikatan Alumni al-Azhar Internasional. 

Syeikh Ali Jum’ah (2003-2013). 3 Maret 1952 beliau dilahirkan di Bani Suweif. Selain menyelesaikan studinya di al-Azhar (hingga doktoral dan Profesor). Beliau juga menamatkan jenjang sarjananya (strata satu) di Fakultas Perdagangan Universitas Ain Syams. Beliau juga banyak mendapatkan sanad tertinggi dari para masyayikh. Beliau juga yang menghidupkan kembali halaqah-halaqah (talaqi) di masjid al-Azhar setelah beberapa saat fakum. Berkat usaha dan jerih payah beliau maka dar al-ifta sudah dapat go internasinal. Beberapa penghargaan juga diraih oleh beliau serta lembaga fatwa Mesir ini, baik dari kalangan muslim bahkan barat dan non-Muslim.

Syeikh Syauqi Ibrahim Abd al-Karim ‘Allam (2013-sekarang). Lahir di Delta Nil pada 1961 dengan bermazhab Maliki. Pendidikannya diselesaikan di Fakultas Syariah Univerisitas al-Azhar. Jabatan terakhir yang ia pangku adalah kepala Yurisprudensi Islam dan Hukum Syariah di Universitas al-Azhar, cabang Tanta dan kepala Departemen fiqih di Fakultas ilmu Islam atas rekomendasi Kesultanan Oman. Beberapa karya tulisnya menyoroti tentang ekonomi dan wanita.

Pengangkatan mufti kali ini berbeda dengan masa-masa sebelumnya dimana kali ini sang mufti dipilih dari seleksi para pembesar ulama-ulama al-Azhar bukan penunjukkan langsung dari Presiden sebagaimana yang terjadi pada beberapa mufti sebelumnya. Setelah menyaring beberapa nama calon mufti terpilihlah beberapa kandidat yang nantinya akan disaring menjadi lima kemudian tiga dan terakhir menjadi mufti terpilih.

Akhir tahun lalu Syeikh Ali Jum’ah mengeluarkan wacana untuk menyatukan lembaga fatwa di seluruh dunia. Respon berbeda terjadi dalam menyambut gagasan ini. Beberapa mufti menyetujui dan mendukungnya dan sebagiannya belum searah dengan pandangan eks-mufti Mesir ini. Berbagai argument pun coba diajukan namun belum menemukan titik temu. Namun penulis berharap mudah-mudahan adanya lembaga fatwa di berbagai dunia dapat menjadi corong penerang dalam memahai Islam dan menjadi agent pemersatu bangsa dan agama dan meminimalisir adanya fatwa-fatwa syadz dikalangan masyarakat. Allah wa rosuluhu ‘alam.

* Mahasiswa tingkat akhir Jurusan Hadis Fakultas Ushuludin Universitas al-Azhar dan Mahasiswa tingkat tiga Akademi Al-‘Asyiroh Al-Muhammadiyah Kairo




Oct 7, 2013

Bek Ta Rudah u Langet!

Google Image
Ketika kita mau berpikir maka banyak hal yang telah kita lakukan dimasa lalu tidak seharusnya kita lakukan. Hari sudah berlalu detik-detik keapaan tersebut sedikit demi sedikit membayangi, terkadang timbul penyesalan-penyelasan didalam lubuk hati sebagai bentuk rasa bersalah terhadap hal tersebut.

Mungkin  kita telalu tergesa-gesa ta'assub (rasa cinta) berlebihan terhadap kelompok atau kepentingan pribadi sehingga  tertutupnya mata hati. Atau justru karena hasil provokasi sebagian pihak atau media yang sangat susah untuk kita pilah. Semua alasan bisa jadi pemicu terhadap noda masa lalu atau bahkan sampao sekarang masih rajin kita lalukan!

Dalam dimensi berbeda dan konteks yang tidak sepenuhnya kita pahami ditambah dengan keterbatasan informasi,  pemaksaan komentar bernada hujat tidak henti-hentinya kita paksa untuk keluar dengan dalih membela kebenaran. Jika memang itu al-haqq, apakah kebenaran harus disampaikan dengan cara yang buruk? 

Masa lalu adalah keniscayaan, kita tidak bisa kembali dan menghapus deretan-deretan kekhilafan yang sudah menjelma. Tapi bukan tidak mungkin hal tersebut akan kita ulangi dimasa depan, bahkan terus dan terus berkali-kali tanpa sedikitpun menjadi pelajaran bagi kita. Bukankan pengalaman adalah guru yang paling berharga?
Sebutlah Komar (fiksi) dulu dia sangat mengagumi mantan Presiden Iran Ahmadinejad. Dia bahkan berani mengatakan bahwa beliaulah satu-satunya presiden di dunia yang bisa kita banggakan. Berhasil melawan hegemoni Amerika dan tegas terhadap kepntingan Islam. Pokoknya Iran the best powerful dan kiblat bagi Komar dalam segala hal. Dalam hiwar apapun vocab Iran selalu terselip. Namun ini cerita lima tahun yang lalu. Kini ia berubah menjadi manusia paling cerdas ketika berbicara mengenai kebobrokan negara Syiah tersebut.

Kemudian Jono (masih fiksi) yang mengklaim dengan sumpah pocong bahwa dia sangat membenci orang daerah tertentu. Hingga suatu saat ia bahwa dari pada menikah dengan wanita dari daerah tersebut. Lebih baik ia melajang seumur hidup. Ini juga cerita lima tahun yang lalu, sekarang jono sudah menikah dengan perempuan dari daerah yang dibecinya dan dikaruniai tiga anak, dua putra dan satunya lagi putri.

Rasa berlebihan tidak hanya berlaku untuk rasa cinta, tapi juga kebencian. Dalam banyak hal kita melihat orang-orang menghina kelompok lain dengan membabi buta. Tanpa menyadari bahwa cara kita mengeluarkanya sungguh sangat menyakiti. Kita punya cukup alasan untuk membenci dan mencintai dengan sesuatu, sehingga dengan mudah kita menghujat atau ta'assub buta. "Sesungguhnya yang mengejek lebih buruk dari yang mereka ejek" entah kaedah ini berlaku bagi kita.

Ada baiknya kita tidak menghukum sesuatu yang tidak kita pahami hakikatnya. Sesuatu yang tidak kita ketahui hakikat bisa jadi ketika ia dinampakkan oleh Allah kenyataannya berbalik dengan apa yang kita yakini. 

Rasa cinta yang berlebihan membuat mata hati tertutup dan hal ini berlaku pada kondisi sebaliknya. Adakalanya benci dan cintailah sesuatu sekedarnya saja. Karena bisa jadi suatu saat rasa tersebut akan berbalik, cinta menjadi benci dan benci menjadi cinta. 

Semoga tokoh Jono dan Komar menjadi ibrah bagi kita. Apalagi yang kita hina adalah ulama dan orang yang dekat dengan Allah Swt. Apa yang akan kita lakukan jika hijab dinampakkan oleh yang maha kuasa. 

Sep 29, 2013

Berubah Adalah Bernilai dan Berguna

Google Image
"Jika kita mati dunia dan seisinya dengan mudahnya melupakan kita. Jika kita hidup, dunia dan penghuninya akan melihat kita dengan dua macam cara. Pertama sebagai manusia yang akan menghancurkan dan kedua sebagai manusia yang akan bermanfaat bagi mereka" .

Perspektif manusia dan seluruh penghuni bumi tetap sama, sampai kapanpun tetap hanya terlihat satu wajah. Beberapa diantara kita mencoba bermain wayang dengan tubuh sebagai media utama. Sebagian yang lain akan bertopeng, mencoba sifat dan tingkah baru yang berbeda dengan tingkah yang mereka punya.

Iming dan berharap akan ada perubahan dengan cara pandang orang-orang terhadap kita, tapi justru proses yang kita usaha mati-matian tersebut hanya terus menambah rasa was-was mereka terhadap kita.

Jika saya jadi kita, maka solusi cerdasnya adalah kembali melihat lagi proses awal. Bisa jadi niat pertama kita untuk memperbaiki diri tersebut tidak dilandasi dengan tujuan yang baik, atau kita tidak paham dengan konsep dasar penilaan naturalnya manusia terhadap sesamanya, bahkan makhluk hidup lain sekalipun (baca : hewan dan tumbuhan serta jin).

Nilai manusia bagi manusia adalah berguna bagi mereka sedikit atau banyak. Dan sebaliknya ketidakbernilainya kita dimata mereka adalah minus manfaat terhadap kemaslahatan dalam berindividu, bermasyarakat dan beragama. 

Bagi sebagian yang lain bernilai cukup dengan slogan "jika tidak bisa membantu makan janganlah merusak". Dan ini rasanya cukup mewakili perasaan seluruh makhluk hidup, baik hewan dan tanaman bahkan alam ghaib sekalipun.

Dalam pemahaman dunia baru (moderen) dunia hanya terbagi dua yaitu dijajah atau terjajah, walaupun masih ada sedikit ruang bagi mereka yang hidup dengan filosofi lama.

Susah melacak bagaimana filosofi ini bisa mengisi ruang hati manusia. Apalagi setiap manusia memiliki strata hidup berbeda, dan kita tau setiap manusia mewarisi sifat ingin kaya, bersahaja serta berlimpah dengan kesenangan. (sajak malam)

Sep 21, 2013

Mengenal Madrasah Madzyafah

Madhyafah ini sangat populer dikalangan mahasiswa Azhar, terlebih bagi mereka yang haus dengan ilmu agama. Bagi pelajar asing yang menuntut ilmu disini (Mesir) khususnya dari Malaysia, Indonesia dan Thailand tentu sangat mengenal karakter madrasah yang satu ini (Mazhyafah).

Madrasah ini menerima murid dengan latar belakang apa saja, tanpa biaya dan syarat tertentu. Tidak mengutip biaya listrik, air atau biaya belajar mengajar. Dulunya hanya memiliki dua ruangan dengan kapasitas murid seratusan. Dan uniknya disini kita bisa memilih sendiri maddah (pelajaran) yang kita minati.

Mazhyafah sendiri menyusun jadwal pelajaran sesuai kebutuhan dan kesiapan pengajar. Mengingat sebagian besar pengajar madrasah ini notabenenya merupakan ulama besar atau duktur senior pengajar di Universitas Al-Azhar sendiri. Baik ulama pengajar di Mesjid Azhar maupun Duktur senior, kedua-duanya merupakan guru-guru piihan dan ahli dibidangnya.

Syeikh Ali Jum'ah (mufti Mesir 2003-2013) sendiri pernah mengajar di madrasah ini, beliau mengajar diawal-awal ketika madrasah ini baru didirikan. Ketika itu beliau mengajarkan Tafsir Surah An-Nisa. Dan sudah ma'ruf bahwa beliau merupakan salah satu Guru Besar Universitas Al-Azhar.

Disamping itu terdapat nama-nama ulama besar lainnya seperti Syeikh Thaha Rayyan yang mengajarkan Al-Mutawattha. Syeikh Fathi al-Hijazy dengan maddah Qatr an-Nada (dulu) dan al-Usymuny ‘ala Alfiyah Ibn Malik (sekarang). Syeikh Sayyid Shaltut, yang menamatkan Bidayah al-Hidayah (Ramadhan kemarin).


Profil Madrasah
Nama lengkap madrasah yaitu Madhyafah al-Syaikh Ismail Shadiq al-Adawy. Didirikan pada tahun 2000 M/1421 oleh Syaikh Yusri Muhammad Amin Jum’ah, salah satu murid Syaikh Ismail Shadiq al-Adawy. Sampai sekarang Syaikh Yusri masih menjadi pimpinan yang mengontrol langsung lembaga pendidikan ini.

Madrasah ini menggunakan sistem belajar langsung dengan Guru (syeikh). Memiliki tiga ruangan belajar mengajar. Terletak di wilayah Husein, distrik Darrasah, tepatnya persis di depan kampus al-Azhar.
====
*dari berbagai sumber.

Pawang Bala'

foto : ilustrasi



Bismillah…

Rakyat bertuah bercap sikurueng

Mari berkumpul di alun-alaun istana

Mendengar letak bala yang turun

Syarahan dari Pawang negara

                        Pawang Mala

Begitu bunyi isi pengumuman yang tertempel dipanteu jaga.
Konon saudara…

Kampung kami sedanng dilanda sengsara, duka dan derita. Bala yang dimulai sejak meninggalnya sembilan pemuda di 'Gampoeng Satu' terus berlanjut. Mereka diketemukan warga tergantung di pohon asan, tepatnya di pohon yang di daulat sebagai simbol persatuan Sikureung Gampoeng Naga.

Padahal sebelumnya, wilayah Sikureung Gampoeng Naga adalah wilayah terbaik, termakmur dan yang paling sentosa dari semua wilayah tenggara. Sembilan gampoeng wilayah anggota merupakan kumpulan wilayah adidaya dan sentral sebagai penyedia berbagai kebutuhan manusia. Mulai kebutuhan pertanian, perkebunan, kelautan, peternakan dan pusat keilmuan besar.

Semua rakyat di negara kami bahagia, berharta dan hidup berkecukupan. Negara menjamin rakyat tidak ada yang sengsara.

Alkisah kejadian dua hari setelah kejadian pertama, berlanjut di 'Gampoeng Kedua''. Kali ini giliran kaum bayi. Sembilan bayi raib tak berbekas, ditelan pekat malam. Mereka hilang dari ayunannya tanpa satupun orang tua yang menyadari. Kapan, kemana dan dimana.

Dua malam kemudian, ketakutan membaha di 'Gampung Ketiga'. Mendadak sembilan kuburan terbongkar, isinya menghilang. Tak tau siapa, mengapa dan untuk apa. Suasana semakin membuat mencekam. Rakyat mulai gelisah, berita menyebar semakin meluas.

'Gampung ke empat' dibuat tersentak, kalap dan panik. Mereka berada di hitungan selanjutnya. Berbagai perlengkapan disiapkan untuk menyambut siluman tak berbekas itu. Mulai dari peralatan beserta pasukan keamanan mereka datangkan dari kampung lain. Rakyat bersiaga penuh di 'Gampoeng ke Empat'. Semua mata Sikurueng Gampoeng Naga tertuju pada kampung empat.

Kali ini pun sikureung Gampoeng Naga bertambah tertekan. Ketakutan mereka semakin menjadi-jadi. Betapa tidak,  sepuluh janda muda hilang tak berbekas. Bahkan anak yang tidur disampingnya tidak sadar kapan ibunya hilang.

Mendadak, lagai-lagi mendadak. Bingung, semua pemimpin dari sikureung Gampoeng Naga bingung. Bagaiman mereka bisa memberikan pertanggung jawaban kepada Pawang Mala sebagoe  pimpinan pusat Sikureung Gampoeng Naga.

Tidak ada yang bisa berkomentar terhadap masaalah ini. Tak ada kambing hitam, yang ada hanya ketakutan.

Tibalah giliran 'Gampoeng Kelima' menjadi korban selanjutnya. Penduduk gagap dan pasrah terhadap semua kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Terserah apa dan siapa yang akan menjadi korbannya. Namun mereka juga berjaga-jaga, siapa tau bisa menangkap siluman tak berbekas itu.

Ternyata lagi-lagi mati kutu. Kali ini korbannya seikureung pemudi kampung ke lima.  Umur mereka berkisar sembilan belasan. Kejadian kali ini termasuk aneh dibandingkan kejadian sebelumnya di kampung kedua, ketiga, keempat, korban mereka raib semua. Namun agak mirip kejadian di kampung pertama, mayat mereka diketemukan tergantung di pohon asan. Namun bedanya, dikampung  kelima mayat mereka terduduk di depan rumah tanpa selembar pakaian pun. Padahal dalam aturan  'Sikureung Gampoeng Naga', ini merupakan aib bagi keluarga tersebut dan kaum sangat murka dengan pelakunya.
Selanjutnya masyarakat hanya bisa diam, tak ada yang berani berkomentar. Mereka diam tanpa kata, bisu mata, bisu lidah, bisu bahasa, jiwa dan tubuh semuanya.

***
Pawang Mala mulai betul-betul panik. Kejadian ini sungguh di luar kuasanya. Keesokan harinya ia mengumpulkan semua pembesar negeri 'Sikureung Gampoeng Naga'. Mulai pemimpin dari tiap-tiap distrik sampe seluruh mentri kaki tangan Negara.

Topik rapat jelas membahas masalah musibah besar yang mereka alami. Apa yang harus mereka lakukan untuk menahan laju kematian yang terus menggila di wilayah kesatuan mereka.
Alkalam rapat dimulai dari pembukaan oleh Pawang Mala sendiri. Selanjutnya dilanjutkan dengan laporan pertanggungjawaban keamanan oleh Abu Leman selaku penangung jawab umum keamanan wilayah.
Para pembesar 'Sikureung Gampoeng Naga' terdiri dari sikureng pembesar yang agung. Lima diantarnya sebagai menteri dan empat lagi sebagai pawang atas tiap-tiap elemen yang mewakili wilayah. Rapat tertinggi hanya dihadiri empat eleman Pawang. Mereka adalah sesepuh sakti dan masyhur. Yaitu Pawang laot, darat udara dan uteun. Pawang Mala merupakan yang mulia pemegang tampuk kuasa berasal dari darat.

Kali ini rapat penting dan mendadak, tidak cukup empat Pawang saja yang berhadir. Sebab menyangkut nyawa rakyat.

Rapat berlangsung khidmat. Sesuai ketentuan Pawang Ngoeh, peserta rapat wajib memberikan masukan.  Diatara masukan yang masuk, tersebutlah masukan dari menteri kenegaraan yang paling dipertimbangkan. Ia mengusulkan, haruslah kita meminta bantuan kepad ahli ilmu ghaib yang tersebar seantero negeri. Agar mereka mencari tau apa dan siapa penyebab semua kejadian ini.

Bagi siapa saja yang mengetahuinya akan mendapatkan hadiah besar serta dijamian menjadi menantu Pawang  Mala. Jikalau informasi yang diberikannya salah, hukuman pancung menanti.

Bertepuk semua, tersebarlah maklumat nota pimpinan pusat ke seluruh pelosok gampoeng yang ditujukan untuk para tukang tenun negeri 'Sikureung Gampoeng Naga'. Hingga kejadian muram berlanjut kembali menerpa saudara kami di 'Gampoeng Enam'.

Terjadi kejadian yang lebih ganjil di kampung ini. Kampung enam adalah wilayah subur. Mata pencaharian utama mereka peternakan. Wajah mereka muram durjana, sembilan bibit sapi terbaik yang didatangkan dari luar wilayah kenegaraan mati. Hasilya  adalah sapi dengan mulut berbusa dan perut yang membusung, seperti menertawakan kesombongan bodoh yang selama ini mereka bangga-banggakan.
Skak mati !

Pawang Mala hanya bisa menggeleng ketika mendapat berita duka tersebut. Tak ada ahli ilmu ghaib yang berani berkunjung untuk memberi tau apa dan siapa pelaku kesengsaraan yang mereka alami selama ini. Terus menerus berlanjut, belum bisa dihetikan. Rakyat semakin merasa tidak tentram. Terusik terus terusik.

'Gampoeng tujuh' adalah korban selanjutnya. Warga kampung ini yang notabenenya para pelaut dibuat sedih bercampur trauma. Sembilan boat pencari ikan hilang ditelan gelapnya laut. Laut sumber kehidupan kini berbalik menelan mereka.

Rapat dadakan kembali digelar. Bersama empat pawang elemen tertinggi pemegang cap kenegaraan sebagai senator rakyat. Pimpinan berharap bisa segera mengakhiri rasa keputuasaan rakyat.

Setelah proses yang alot, notulen rapat mengumumkan bahwa empat pemegang  cap kenegaraan akan bermusafir ke kampung harimau. Tempat para sesepuh pawang bermukim. Nun jauh di dalam rimba raya. Tempat yang hanya diketahui para pawang. Konon menurut isu yang berkembang, tidak ada yang bisa kembali hidup-hidup dari sana selain para keturunannya.

Terlalu banyak syarat dan mekanisme melangkah kesana. Itulah kampung para pengabdi Tuhan, tanah bertuah nan bersahaja, penghuninya pemilik harimau rimba bertubuh manusia.

Perjalanan mereka akan memakan waktu seminggu lamanya. Informasi ini membuat rakyat menjadi was-was, antara hidup dan mati. Apalagi penghuni kampung ke delapan dan kesembilan. Saat-saat seperti ini waktu seminggu seperti setahun lamanya.

***
Akhirnya yang ditunggu tiba jua. Para pawang kembali dari pengembaraan. Tepat tengah malam. Tanpa menunggu lama Pawang Mala segera mengeluarkan dekrit. Isinya :

Bismillah

Rakyat bertuah bercap sikureung

Mari berkumpul di alun-alun istana.

Mendengar letak bala yang turun

Syarahan dari Pawang negara.
         
               Pawang Mala.

Dalam waktu singkat pengumuman sudah ditempel diseluruh pelosok desa. Rakyat mulai lega, setidaknya sudah sedikit terobati dengan pengumuman. Pawang  mereka sudah kembali dari perjalanan jauh, menjemput keselamatan.

Dengan keinginan yang sama, seluruh masyarakat berkumpul di alun-alaun utama istana. Semua Pawang sudah berdiri diatas podium. Sebagai seorang kepala mulailah Pawang Mala berbicara mewakili pawang yang lainnya.

Bismillahirrahmanirrahim…
Masyarakat kesatuan wilayah Sikureung Gampoeng Naga. Dahulu kala negara kita merupakan negara miskin terjajah. Hingga datangnya bala bantuan dari tanah bertuah. Membantu Negara kita hingga mandiri. Ada sebuah sumpah dari raja tanah bertuah terhadap negara kita. Yaitu dengan sembilan larangan yang mereka tinggalkan. Apabila larangan tersebut kita dekati. Maka keadaan akan berbalik seperti masa sengsara.

Sehingga dibagilah wilayah kita menjadi sembilan wilayah yang dinamakan Sikureung Anuek Naga dengan lambang Cap Sikureung. Nama dan lambang sebagai pengingat bagi semua. Apabila kesembilan hal larangan luput dari mata pewaris negara dan generasi muda- mudi, akan datang kutoek bala dari sembilan arah dan sembilan wilayah.

Sekarang kampung kita berada dalam lingkaran bala dan kutoek. Hasil buah tangan pewaris negara dan generasi. Buah pahit ini dinikmati semua orang tanpa kecuali. Seluruh pelosok negara tanpa terkecuali.
Raja bertuah mengatakan bahwa penyebab datangnya petaka kita ini adalah kita sendiri. Kita telah melanggar sembilan larangan tersebut. Sehingga bala datang menghampiri dari semua wilayah negara.
Adapun larangan tersebut adalah :
  1. Meninggalkan titah tuhan dan sabda Nabi.
  2. Meninggalkan Shalat fardhu dan shalat Jamaah.
  3. Raja memerintah dhalim.
  4. Meminta tolong kepada tukang tenun.
  5. Hilang rasa malu, wanita bebas membuka aurat.
  6. Fitnah buta dan saling bermusuhan.
  7. Anak yatim, fakir miskin kelaparan
  8. Ada jenazah yang tidak dikuburkan.
  9. Sibuk harta tak peduli ilmu.
Maka dengan ini, titah sesepuh dari tanah bertuan untuk menjauhi kembali larangan dari cap Sembilan (cap sikureung). Dan nama Sikureung Gampoeng Naga kita kembalikan lagi menjadi Sikureung Aneuk Naga. Dengan ini kita berharap semua kejadian tidak terulang lagi.

Popular Posts

bilhalib.blogspot.com. Powered by Blogger.