Catatan Desember (1)
Google Doc. |
Kawan, ketika kita melihat berbagai hal
yang tidak kita ketahui, tidak kita pahami keadaanya dan jauh dari ilmu yang
kita punya atau sesuatu yang kita tidak punya kapasitas untuk menjawab dan menanggapinya
maka janganlah terburu-buru.
Berilah orang-orang yang paham hak
mereka, untuk menjawab dan memberi jawaban terhadap masalah tersebut. Biarlah
kita berdiri disuatu sudut mendengar, menyimak dengan baik apa yang mereka
ketahui, jika sesuai maka begitulah jawabannya, jika tidak sesuai seperti keinginan
kita maka tunggulah hingga masalah tersebut dijawab oleh orang lain yang juga
punya kapasitas.
Namun ketika para ahlinya sudah
memberikan semua pendapatnya dan tidak ada satupun yang tidak sesuai seperti
yang kita harapkan, segeralah menjauh dari persoalan tersebut. Bisa jadi kita memang
tidak layak berurusan dengan hal tersebut.
Lihatlah laron (red. anai-anai), mereka
muncul dimusim hujan. Makhluk ini memiliki semangat yang sangat menggebu-gebu mencari
cahaya demi menghangatkan tubuhnya. Berbondong-bondong memadati lampu
mengepakkan sayap indah hingga tanpa sadar satu persatu sayapnya rontok. Lalu
berjatuhan, bahkan banyak yang mati setelah mendapatkan cahaya yang
diimpikannya.
Disudut lain sekelompok yang lain sedang
berputar-putar berusaha menggapai cahaya lilin, setelah dekat dan menggapainya
mulailah cahaya tersebut membakar tubuhnya menjadi hangus.
Kita manusia juga punya kecenderungan
seperti itu, ketika “sebuah hal baru” terjadi maka beramai-ramai mengerahkan seluruh
kemampuan untuk mengomentari, menganalisa dan berkomentar baik atau jelek
terhadap hal tersebut. Padahal disitu bukanlah kelahlian kita. Bahkan sebagian
memang tidak sedikitpun tau tentang dunia yang mereka hitamkan. Lalu dengan
meraung-raung memberikan komentar busuk.
Syaikh Ali Jum’ah dalam sebuah
kesempatan menjelaskan bahwa sifat seperti ini juga ada pada lalat. Jika lebih
jauh kita perhatikan, lalat sangat menyukai kotoran, sesuatu yang bau menyengat
baik tempat kotor maupun makanan bahkan dimana saja ia akan hinggap, tidak
peduli sedang dimana dan apa yang dikonsumsi dan dilakukannya.
Lalat-lalat tersebut
mengerumuni sesuatu yang baik dan juga sesuatu yang buruk, sehingga ketika
mereka sedang berkerumun, kita tidak tahu apakah yang dikerumuni itu sesuatu
yang baik atau buruk dan bahkan sesuatu yang baik jika dikerumini akan lalat menjadi
buruk?
Hal ini juga berlaku untuk
manusia, ketika mereka berkerumun, belum tentu yang mereka kerumuni adalah
sesuatu yang benar. Betapa banyak kita melihat manusia berkerumun untuk hal
buruk, sebagaimana lalat mengerumuni kotoran. Dan betapa banyak pula kita
melihat kebenaran sepi dari kerumunan orang.
Katakanlah (Muhammad),
“Tidaklah sama yang buruk dengan yang yang baik, meskipun banyaknya keburukan
itu menarik hatimu…” (Q.S. al-Maidah: 100).
Bijaklah kita ketika mengerumuni sesuatu, jauhilah sifar
hasad dengki supaya Allah Swt. menampakkan wujud sebenarnya dari permasalahan
tersebut. Apakah layak untuk kita dekati atau cukup kita serahkan saja kepada
ahlinya untuk diselesaikan sembari berdoa kepada Allah agar mereka dimudahkan
dalam menyelesaikanyya. Jika memang kita ingi berkomentar nampakkallah sikap
yang mendidik.
Sikapi dengan baik, jika membela berikallah uraian-uraian
penjelasan, kalaupun menolak hendaklahnya dengan cara yang menunjukkan
bahwa kita merupakan orang yang betul-betul punya itikad baik terhadap hal
tersebut. Jauhilah hinaan, hujatan, kata-kata kotor dan bahkan pengkafiran
terhadap hal yan belum kita tau pangkal ujungnya.
Jika memang tidak mampu, maka saran yang pertama dan
terakhir agar “hendaknya hal tersebut dijauhi saja”. Cukup lihat dari jauh dan
berkomentar dalam hati.