Catatan Betmen

Nov 12, 2012

" Kajuet Geureutoek Punggoeng dari Aceh "


Hati-hati Pemurtadan (google)
Oleh : Muhibbussabri Hamid 

Bukan sebuah kejutan ketika seorang muslim sanggup menetap di negara atau daerah non muslim dengan alasan dakwah atau belajar. Namun akan agak terkejut ketika kita mendapatkan non muslim yang notabenenya suka nyeleneh dan menyerang Islam sanggup menetap hidup di negara, daerah atau wilayah Islam. Walaupun realitanya di wilayah muslim mereka hidup lebih aman dan tentram dibandingkan kasus terbalik.



Realita ini persis seperti keranjingannya non muslim berdomisili di Aceh. Agak menggelitik ketika mereka mennghujat Syariat Islam dengan membabi buta."menekan lah, menyakiti kaum minoritas dan tidak sesuai HAM." Semntara mereka berusaha tinggal di negeri Syariat.


Dulu mungkin ada dalil kuat ketika tsunami meratakan hampir keseuruhan wilayah pantai Aceh. Sakarang alasan apa lagi yang mereka punya? Jika mereka punya kata " Syariat mendhalimi manusia" apa mereka tidak takut terdhalimi, ternodai atau terbunuh di Aceh. Kalau takut kenapa masih di Aceh coy?

Jika memang benar begitu adanya kenapa dengan salman Rusydi dengan ayat-ayat setannya dan beberapa dedengkot lainnya seperti irsyad Manji dengan gagahnya melesbikan Islam seperti nafsu syahwatnya. Yang kedua malah berani ke negara muslim membuka jalur legal transgender. Apa mereka tidak takut akan dubunuh oleh orang Islam yang mereka nodai?

Lalu berlanjut ke tokoh nasional. Tiba-tiba kita dihentak dengan tokoh besar homoseksual yang sudah menetap dan berhasil menghomokan urueng aceh. Ia mengaku bagian dari orang Aceh, namun dunia tau siapa dia!


Selanjutnya tokoh sekluer, liberal, milata abraham, syiah dan bebagai truck muatan pemikiran silih berganti datang membuat aib-aib baru pada muka Syariat Islam. Betapa noda tersebut membuat Syariat kotor. Seakan begitulah syariat jika dipraktekkan.

Yang lebih menariknya lagi mereka membuka jalur resmi, seperti LGBT. Tak tanggung-tanggung, jaringan ini khusus untuk Aceh (Violent Grey) jalur mereka langsung dari negara dedengkot utama pencetus lembaga tersebut. Hebat kan? Khusus untuk menodai Syariat, berbagai jurus keji dilakukan.

Disamping itu lembaga ham dan kebebasan kian menjamur. Silakan diperhatikan, disana kita melihat dan menemukan muka-muka lama. Hasil back up dan peliharaan wadah sekularis dan liberalisme dunia. Mungkin Asia Foundation yang jelas-jelas lembaga penyokong utama liberal atau beberapa lembaga lainnya.

Sudah rahasia umum strategi program utama mereka diaceh adalah "pendekatan yang bersifat jangka panjang dan kolaboratif; antara lain beklerjasama dengan berbagai universitas, lembaga pemerintah, kelompok perempuan, organisasi masyarakat sipil dan para pemuka agama setempat dalam proram reformasi ekonomi, bantuan pendidikan, prakarsa hukum dan tata pemerintahan”. Sementara pada tahun 2007 mereka merubah haluan yaitu memfokuskan pemberdayaan perempuan.

Kasus ke kasus

Banyak pertanyaan yang mesti kita lemparkan. Perempuan mana yang mereka berdayakan? Tentu yang searah dengan ayunan mereka dan bisa saja dengan pemberdayaan seperti yang dilakukan Ribur asal Medan (32) dan Roy asal Makassar di Krueng Raya Aceh Besar pada kasus kristenisasi di desa itu.

Menariknya, ketika Ribur diwanwancarai. Ia mengakui bahwa aktifitasnya tersebut adalah program pemberdayaan untuk perempuan di Aceh Besar yang didanai sebuah LSM. Dan perlu diketahui dua orang pemberdaya tersebut sudah punya KTP Aceh dan menetap di Desa Neuheun.

Belum lagi kasus yang lebih duluan terjadi, seperti raibnya anak korban tsunami ke luar daerah dan keluar negeri. Konon katanya di bawa oleh LSM untuk di pasturkan dan berbagai kasus lainnya. Tentu ini menjadi black cat-nya problema Syariat Islam Aceh kedepan. Meredupnya isu ini membuat merajalelanya pasukan pembonengan (teserah kristenisasi, atau liberalisasi, sekularisme atau lesbianisme serta aliran penuh kesesatan).

Mind dan heard spot masyarakat sudah seperti didinginkan dengan isu terbaru yang dibesarkan media, kita raib dari garis ini. Sementara mereka tetap pada posisi pengkultusan masyarakat kita dari Islam, tak bergeming sedikitpun dari sana. Upaya ini mereka pertahankan dengan berbagai selogan, dalih dan semelekete (jurus dan taktik) lainnya.

Intinya kenapa sampai sekarang para kaum pemberdaya menetap di Aceh? Dengan KTP dan indentitas Aceh. Menikah, berkeluarga, hidup sembari memperdaya rakyat Aceh. Apa sih menariknya, misi tuhan dan uang gaji atau memang syariat lebih menjaga kalian? Sepertinya yang pertama.

0 Coment:

Post a Comment

Popular Posts

bilhalib.blogspot.com. Powered by Blogger.