Catatan Betmen

Oct 7, 2013

Bek Ta Rudah u Langet!

Google Image
Ketika kita mau berpikir maka banyak hal yang telah kita lakukan dimasa lalu tidak seharusnya kita lakukan. Hari sudah berlalu detik-detik keapaan tersebut sedikit demi sedikit membayangi, terkadang timbul penyesalan-penyelasan didalam lubuk hati sebagai bentuk rasa bersalah terhadap hal tersebut.

Mungkin  kita telalu tergesa-gesa ta'assub (rasa cinta) berlebihan terhadap kelompok atau kepentingan pribadi sehingga  tertutupnya mata hati. Atau justru karena hasil provokasi sebagian pihak atau media yang sangat susah untuk kita pilah. Semua alasan bisa jadi pemicu terhadap noda masa lalu atau bahkan sampao sekarang masih rajin kita lalukan!

Dalam dimensi berbeda dan konteks yang tidak sepenuhnya kita pahami ditambah dengan keterbatasan informasi,  pemaksaan komentar bernada hujat tidak henti-hentinya kita paksa untuk keluar dengan dalih membela kebenaran. Jika memang itu al-haqq, apakah kebenaran harus disampaikan dengan cara yang buruk? 

Masa lalu adalah keniscayaan, kita tidak bisa kembali dan menghapus deretan-deretan kekhilafan yang sudah menjelma. Tapi bukan tidak mungkin hal tersebut akan kita ulangi dimasa depan, bahkan terus dan terus berkali-kali tanpa sedikitpun menjadi pelajaran bagi kita. Bukankan pengalaman adalah guru yang paling berharga?
Sebutlah Komar (fiksi) dulu dia sangat mengagumi mantan Presiden Iran Ahmadinejad. Dia bahkan berani mengatakan bahwa beliaulah satu-satunya presiden di dunia yang bisa kita banggakan. Berhasil melawan hegemoni Amerika dan tegas terhadap kepntingan Islam. Pokoknya Iran the best powerful dan kiblat bagi Komar dalam segala hal. Dalam hiwar apapun vocab Iran selalu terselip. Namun ini cerita lima tahun yang lalu. Kini ia berubah menjadi manusia paling cerdas ketika berbicara mengenai kebobrokan negara Syiah tersebut.

Kemudian Jono (masih fiksi) yang mengklaim dengan sumpah pocong bahwa dia sangat membenci orang daerah tertentu. Hingga suatu saat ia bahwa dari pada menikah dengan wanita dari daerah tersebut. Lebih baik ia melajang seumur hidup. Ini juga cerita lima tahun yang lalu, sekarang jono sudah menikah dengan perempuan dari daerah yang dibecinya dan dikaruniai tiga anak, dua putra dan satunya lagi putri.

Rasa berlebihan tidak hanya berlaku untuk rasa cinta, tapi juga kebencian. Dalam banyak hal kita melihat orang-orang menghina kelompok lain dengan membabi buta. Tanpa menyadari bahwa cara kita mengeluarkanya sungguh sangat menyakiti. Kita punya cukup alasan untuk membenci dan mencintai dengan sesuatu, sehingga dengan mudah kita menghujat atau ta'assub buta. "Sesungguhnya yang mengejek lebih buruk dari yang mereka ejek" entah kaedah ini berlaku bagi kita.

Ada baiknya kita tidak menghukum sesuatu yang tidak kita pahami hakikatnya. Sesuatu yang tidak kita ketahui hakikat bisa jadi ketika ia dinampakkan oleh Allah kenyataannya berbalik dengan apa yang kita yakini. 

Rasa cinta yang berlebihan membuat mata hati tertutup dan hal ini berlaku pada kondisi sebaliknya. Adakalanya benci dan cintailah sesuatu sekedarnya saja. Karena bisa jadi suatu saat rasa tersebut akan berbalik, cinta menjadi benci dan benci menjadi cinta. 

Semoga tokoh Jono dan Komar menjadi ibrah bagi kita. Apalagi yang kita hina adalah ulama dan orang yang dekat dengan Allah Swt. Apa yang akan kita lakukan jika hijab dinampakkan oleh yang maha kuasa. 

0 Coment:

Post a Comment

Popular Posts

bilhalib.blogspot.com. Powered by Blogger.