Catatan Betmen

Nov 12, 2012

Kita dan Zaman



Oleh : Muhibussabri Hamid*
Jika manusia dipisahkan kematian, maka zaman akan dipisahkan abad. Kesaksian zaman ditorehkan dalam sejarah, baik yang bernilai untuk dikenang atau buruk sama sekali untuk dijadikan bahan pembelajaran. Ukuran zaman adalah perubahan-perubahan. Jika kita jeli, disana banyak sekali gaya-gaya lama yang dipopulerkan kembali. Hanya memakai bungkus atau tunggangan baru, sehingga nampak seperti keajaiban-keajaiban. Begitu juga di zaman kita sekarang ini.
Kita dihadapkan dengan keanehan-keanehan yang dianggap baru, padahal berwajah lama. Sebut saja nabi palsu, kristenisasi, liberalisme, sekulerisme dan sebagainya. Dengan wajah dan gaya baru, mereka berdandan sedemikian rupa. Lalu menunggangi moderenisasi dan perkembangan zaman. Kemudian mulailah menggoyang nilai-nilai agama Islam. Goyangan ini mengakibatkan gempa bumi dan tsunami pada generasi dan masyarakat kita.
“Kita harus berubah, menyongsong moderenisasi dan perubahan zaman.” Itu waham mereka. Lalu tidak moderenkah Islam, tidak sesuaikah dengan perubahan zaman dan perlukah perlukah mengubahnya atau kita harus berubah?
Pertanyaan ini harus kita telaah lebih jauh dan berlanjut. Sekarang isu ini menjadi topic trending dan sedang marak-maraknya digunakan  aktor-aktor besar bertopeng intelektual. Mereka mulai berani bermain drama dalam ranah Islam dan moderat sebagai judul utama.
Sebagian dari mereka berdalih bahwa Islam terlalu sempit, lalu yang lainnya berdalih agak ketinggalan zaman, tak cocok lagi dipraktekkan saat ini. Bahkan di Aceh sendiri sudah ada yang berani menghina Islam secara langsung. Terlepas dari atheis atau tidaknya dia, tapi ini menjadi lampu merah bagi kita. Sebelum mereka lebih blak-blakan lagi. Kita punya garis dan batas-batas yang harus kita jaga bahkan dengan nyawa sekalipun.

Merubah adalah perilaku menyusun kembali, merevisi, atau bahkan keseluruhan sekaligus. Lalu kembali ke pertanyaan di atas, perlukah Islam dirubah atau direvisi sebagian atau bahkan sekaligus.
Islam kita sudah sangat moderat, masuk akal dan sesuai dengan perkembangan zaman. Jadi jawabannya tentu saja tidak, kalaupun ada itu hanya perlu sedikit  penyesuaian dengan zaman yang sedang kita jalani. Dan penyesuain itu tidak akan sedikitpun menyentuh atau meruntuhkan nilai-nilai Islam itu sendiri.
Mungkin bisa jadi, keberanian mereka dikarenakan  sikap kita sendiri yang kurang mempraktekkan Islam dengan baik dan benar. Dan tentu saja ini bukan kesalahan dari agama, melainkan personal itu sendiri.
Di pihak lain kita juga harus mulai mendekat dan mempraktekkan Islam secara dinamis tanpa meninggalkan kekhasan kita. Jika kita bersikeras dan keukuh dengan pendirian kita, maka keberanian mereka semakin merong-rong terhadap Islam dikarenakan perilaku kita. Nilai ajaran Islam harus kita jaga, sehingga tidak perlu merubah syariat yang telah kokoh dan kuat.
Perilaku membenturkan nilai Islam dengan zaman dan perkembangan juga seperti sudut mati. Kalau kita rajin membenturkan nilai agama kita dengan perkembangan zaman, dan bersikeras tidak mau melihat serta menyesuaikannya, maka bersiaplah rasa nyeleneh mereka akan menggila, menistakan Islam dan nilai-nilai yang dikandungnya. Keberanian mereka semakin manjadi-jadi, seakan menyerang Islam menjadi hobi baru yang menyenangkan.
Dalih-dalih ketidakcocokan dengan perkembangan zaman dan perubahan semakin menggaung, Islam harus diubah, al-Qur'an mesti di revisi, hukum Islam cacat, dan lain sebagainya. Dan ini sangat tidak bisa kita toleransi.
Ada hal yang unik ketika melihat perkembangan Islam di Mesir. Disana Islam menjadi solusi bagi siapapun. Baik itu orang Islam sendiri maupun non muslim. Tidak aneh jika non muslim lebih memilih hukum Islam diaplikasikan karena banyak kemudahan dibandingkan nilai agama yang mereka anut.
Sangat sedikit orang yang berani melecehkan nilai dan meremehkan Islam dengan cara-cara terang-terangan dan menjijikkan. Menjelek-jelekkan, menghina Islam dengan alasan kolot dan ketinggalan zaman sangat jarang terjadi. Kalaupun ada suara mereka hanya gonggongan belaka namun lucunya menjadi rujukan atau referensi utama bagi kaum intelektual di negara kita. Dan ini miris sekali.

Islam selalu punya solusi untuk penganutnya, tidak ada cerita perlu direvisi karena tidak kapabelitas lagi. Sangat lucu jika ini keluar dari intelektual yang mengakunya Cendekiawan Islam.
Idealnya kita tidak membenturkan nilai Islam dengan zaman supaya bisa meminimkan gaya lama dalam kristen dipraktekkan dalam Islam. Mereka punya sejarah kelam dengan agama mereka sehingga lahir berbagai ketimpangan-ketimpangan sosial dan zaman, yang selanjutnya menjadi momok kebobrokan kristen.
Kita juga harus sedikit berkaca dengan keadaan kita sendiri, sejauh mana sudah wajah Islam yang sudah kita rias. Ingat wajah jelek jangan cermin yang menjadi korban. Praktekkan Islam secara dinamis dan bertanggung jawab.
Semoga kita bisa bersama-sama membendung kejadian nyeleneh yang mereka praktekkan agar tidak semakin marak.
Akhir kalam, menjaga Islam adalah kewajiban kita semua sebagai pemeluknya. Terlepas dari setaat apa kita dalam mempraktekkannya, namun juga terus mencoba memperbaiki self personal sedikit demi sedikit. Mari kita mengeratkan barisan, menjaga shaf dan jamaah tetap lurus menuju Islam Kaffah rahmatan lilalamin. Wallahun a'lam
*Dimuat pada website www..suaraaceh.com pada tanggal : 7 Juli 2012.
Linknya : http://suaraaceh.com/tsaqafah/tulisan-tsaqafah/pemikiran-islam/1643-kita-dan-zaman.html

0 Coment:

Post a Comment

Popular Posts

bilhalib.blogspot.com. Powered by Blogger.